Pesawat CN235 Buatan Indonesia Ternyata Punya Pasar di Mancanegara
Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA - Indonesia harus bangga. Pesawat CN235, mahakarya dari presiden ketiga B.J Habibie itu kini digunakan oleh banyak negara lain. Terbaru, Malaysia sebagai salah satu pembeli, mengonversi produk Dirgantara Indonesia itu menjadi pesawat militer.
Selain dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan nasional, Pesawat CN235 telah diproduksi untuk memenuhi permintaan ekspor dari sederet negara seperti Venezuela, Senegal, Burkina Faso, Uni Emirat Arab, Pakistan, Turki, Malaysia, Korea Selatan, Thailand, Nepal, dan Brunei Darussalam.
Advertisement
"Untuk pelanggan dalam negeri adalah TNI AU, TNI AL, dan Merpati Nusantara Airlines," seperti dikutip dari keterangan resmi Komite Kebijakan Industri Pertahanan (KPIP), Minggu (17/1/2021).
BACA JUGA : Pesawat N250 Buatan Habibie Nyaris Tersangkut di Gerbang
Pesawat CN235 tidak saja untuk memenuhi kebutuhan militer saja. Beberapa pesawat dibeli untuk kepentingan penerbangan komersial di wilayah-wilayah kepulauan, ada juga yang diperuntukan untuk pesawat perorangan orang (VVIP).
Semua pesawat ini dimodifikasi sesuai dengan permintaan dari klien. Malaysia, misalnya. Pesawat CN235 yang semula dibelinya untuk kebutuhan komersil, belakangan memodifikasinya menjadi pesawat militer.
Rencana modifikasi CN235 oleh Malaysia diberikan oleh sejumlah media pada Februari 2020. Malaysia berencana mengonversi enam armada CN 235 220 menjadi pesawat intai maritim.
Pada 2 September 2020, unit perdana CN-235 220 AU Malaysia telah tiba di Bandara Husein Sastranegara, Bandung, guna memulai proses konversi yang telah tertunda akibat pandemi Covid-19. Awalnya jadwal konversi akan dimulai pada April/Mei 2020, tapi ditunda akibat pembatasan perjalanan ke Indonesia.
Proses konversi nantinya akan dilakukan di hanggar PT Dirgantara Indonesia, di mana PTDI dalam proses konversi bertindak sebagai original equipment manufactur (OEM).
Walaupun konversi CN-235 220 Malaysia dikerjakan dengan fasilitas PTDI, namun pelaksana konversi akan melibatkan dua perusahaan asing, yaitu Science and Engineering Services International dan Integrated Surveillance and Defence Inc. Keterlibatan perusahaan asing ini wajar karena kedua perusahaan tersebut sebenarnya yang bertanggung jawab untuk instalasi dan integrasi beragam perangkat elektronik untuk misi MPA.
Untuk teknologi yang akan dipasangkan menggunakan Merlin maritime surveillance system yang dikembangkan oleh Integrated Surveillance and Defense, perusahaan berbasis di Oregon. Merlin mission equipment terdiri dari maritime surveillance radar, electro-optical sensor turret dan electronic support measures system.
Untuk teknologi yang akan dipasangkan menggunakan Merlin maritime surveillance system yang dikembangkan oleh Integrated Surveillance and Defense, perusahaan berbasis di Oregon. Merlin mission equipment terdiri dari maritime surveillance radar, electro-optical sensor turret dan electronic support measures system.
Pada waktu sebelumnya PT DI pernah menawarkan program upgrade CN-235 MPA untuk Malaysia dengan nilai US$30 juta. Awalnya PT DI menawarkan paket instalasi Airborne Maritime Situation and Control System (AMASCOS) dari Thales dan beragam sensor untuk misi MPA.
BACA JUGA : Pesawat N250 Buatan B.J Habibie Akhirnya Tiba di Jogja
Adopsi perangkat maritime surveillance system besutan AS pada CN-235 Malaysia bisa kita maklumi. Hal ini karena dana proyek konversi ini adalah Washington lewat program Maritime Security Initiative (MSI). Dengan konversi dua unit CN-235 menjadi varian MPA, Malaysia telah mendapatkan dua item dalam program MSI.
Pada Mei 2020, AL Malaysia telah mendapatkan hibah 6 unit drone intai ScanEagle, total Malaysia akan menerima 12 unit ScanEagle. Paket hibah drone ini juga diterima Indonesia dan Filpina. Ini semua adalah bagian dari program MSI.
Berikut ini spesifikasi umum CN 235 :
- Kru: dua pilot.
- Kapasitas: sampai 45 penumpang.
- Panjang: 21.40 m (70 ft 3 in)
- Bentang sayap: 25.81 m (84 ft 8 in)
- Tinggi: 8.18 m (26 ft 10 in)
- Area sayap: 59.1 m² (636 ft²)
- Berat Kosong: 9,800 kg (21,605 lb)
- Berat Isi: 15,500 kg (16,500 kg Military load) ( lb)
- Maksimum takeoff: 15,100 kg (33,290 lb)
- Tenaga Penggerak: 2× General Electric CT79C turboprops, 1,395 kW (1,850 bhp) each
- Sedangkan untuk kemampuannya sebagai berikut:
- Kecepatan Maksimum: 509 km/j (317 mpj)
- Jarak: 796 km (496 mil)
- Ketinggian Maks: m ( ft)
- Daya Menanjak: 542 m/min (1,780 ft/min)
- Beban Sayap Maks: kg/m² ( lb/ft²)
- Power/berat: kW/kg ( hp/lb)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : JIBI/Bisnis Indonesia
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Serikat Pekerja Menilai Upah di Sleman Masih Jauh dari Standar Hidup Layak
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
Advertisement
Advertisement