Advertisement
Sinar Biru dari Layar Gawai Bisa Bikin Cepat Tua
Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Penggunaan teknologi saat ini tidak bisa dipisahkan dengan kehidupan sehari-hari. Dalam setiap aktivitas, kita seolah dipaksa untuk selalu berhadapan dengan gawai maupun barang elektronik.
Kegiatan tersebut rupanya memiliki dampak buruk, bukan hanya untuk kesehatan mata, namun juga untuk kesehatan kulit akibat paparan sinar radiasi.
Advertisement
Suatu penelitian menunjukkan bahwa paparan sinar biru dari layar perangkat elektronik berdampak negatif terhadap tubuh makhluk hidup, termasuk mempercepat penuaan.
Dilansir dari BBC, para ilmuwan mengambil kesimpulan ini setelah melakukan studi dengan menggunakan lalat buah sebagai subjek penelitian untuk mengetahui dampak dari cahaya biru yang dipancarkan telepon seluler.
Jadwiga Giebultowicz, penulis utama laporan ini dan guru besar biologi integratif di Oregon State University, Amerika Serikat, menjelaskan bahwa paparan yang berlebihan cahaya biru dari berbagai peranti elektronik seperti televisi, laptop dan telepon genggam, bisa membawa dampak negatif terhadap sel-sel di tubuh kita, mulai dari sel kulit, sel lemak, hingga sel pada neuron sensorik.
"Penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat metabolit tertentu, yaitu bahan kimia yang penting agar sel-sel berfungsi secara semestinya, yang ada pada lalat buah mengalami perubahan setelah terpapar cahaya biru," kata Giebultowicz dikutip dari BBC, Minggu (18/9/2022).
Metabolit adalah bahan yang dibuat atau dipakai ketika tubuh sedang mencerna sesuatu, apakah itu obat, makanan, atau bahan-bahan kimia yang masuk ke dalam tubuh.
Dalam penelitian ini, tim ilmuwan menemukan lalat-lalat buah yang terpapar cahaya biru mengaktifkan gen-gen yang melindungi mereka dari stress. Lalat-lalat buah yang berada di tempat gelap, yang tidak terpapar cahaya biru, ternyata hidup lebih lama.
Untuk memahami dampak cahaya biru terhadap tingkat penuaan lalat buah, Giebultowicz dan timnya membandingkan level metabolit lalat-lalat buah yang terpapar cahaya biru selama dua pekan dan lalat-lalat buah yang ditempatkan di kegelapan.
Penelitian memperlihatkan, paparan cahaya biru berdampak besar terhadap tingkat metabolit pada sel-sel pada kepala lalat buah. Secara khusus ditemukan, tingkat suksinat metabolit meningkat, sedangkan tingkat glutamat turun.
“Suksinat penting untuk menghasilkan bahan bakar bagi berfungsinya sel dan bagi pertumbuhan sel. Tingginya tingkat suksinat setelah terpapar cahaya biru bisa disamakan dengan bensin yang sudah disiapkan, tetapi gagal masuk ke mesin mobil,” jelas Giebultowicz.
Temuan lain, tambah Giebultowicz, adalah rendahnya level molekul-molekul yang melakukan komunikasi di antara neuron, seperti glutamat, setelah terpapar cahaya biru.
Kajian ini bisa menunjukkan bahwa sel-sel bekerja pada level suboptimal saat terpapar cahaya biru, yang menyebabkan sel-sel ini mati lebih awal.
Penelitian ini juga mengisyaratkan subjek yang terpapar terlalu banyak cahaya biru bisa mengalami penuaan lebih cepat. Para saintis ingin mengetahui bagaimana dampak paparan cahaya biru dari peranti elektronik terhadap sel-sel manusia saat ini.
Penelitiannya memperlihatkan bahwa menghindari paparan cahaya biru yang berlebihan bisa menjadi strategi efektif untuk anti-penuaan.
Dampak Buruk
Dokter kulit di New York, Michelle Henry, juga membenarkan jika sinar biru memiliki sejumlah dampak buruk bagi kesehatan kulit. Sinar biru merusak retina dan mengurangi ekskresi atau pengeluaran melatonin, sehingga mengganggu siklus tidur seseorang.
Semakin dekat kita dengan gadget yang memancarkan sinar biru maka akan semakin banyak dampaknya. Menonton televisi justru lebih sedikit memaparkan sinar biru ketimbang komputer karena jaraknya yang cukup jauh dari kita saat menonton.
"Dan lebih banyak cahaya dari ponsel Anda daripada komputer Anda karena ponsel Anda sangat dekat dengan wajah Anda," kata Henry dikutip dari Antara.
Jika sinar ultraviolet merusak DNA sel secara langsung, sinar biru menghancurkan kolagen melalui stres oksidatif. Bahan kimia dalam kulit yang disebut flavin bisa menyerap sinar biru. Reaksi yang terjadi selama penyerapan menghasilkan molekul oksigen yang tidak stabil atau radikal bebas yang merusak kulit.
"Mereka masuk dan pada dasarnya dan melubangi kolagenmu," kata Henry.
Paparan sinar biru disebut lebih bermasalah untuk kulit berwarna. Dalam sebuah penelitian 2010 yang diterbitkan dalam The Journal of Investigative Dermatology, sinar biru terbukti menyebabkan hiperpigmentasi pada kulit sedang hingga gelap, sementara membuat kulit yang lebih terang relatif tidak terpengaruh.
Komunitas medis mengkategorikan warna kulit berdasarkan pada bagaimana ia bereaksi terhadap sinar UV. Tipe 1 adalah warna paling terang dengan sensitivitas UV paling tinggi. Skala naik ke tipe 6, yang merupakan yang paling gelap dan paling tidak mungkin terbakar.
Dalam studi 2010, kulit tipe 2 terkena sinar biru tetapi tidak mengalami pigmentasi. Sementara kulit berwarna akan menggelap, dan kegelapan itu bertahan selama beberapa minggu. Meski merusak kulit, studi mengungkapkan sinar biru bisa untuk mengobati jerawat.
Cara paling sederhana untuk melindungi kulit dari sinar biru adalah dengan mengurangi paparan terhadap sinar biru. Gunakan mode malam pada perangkat yang membuat layar jadi berwarna lebih hangat. Juga, ganti bohlam LED dengan yang memancarkan sedikit sinar biru.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : JIBI/Bisnis.com
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Pastikan Keamanan Natal, Polres Kulonprogo Sterilisasi 7 Gereja
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
Advertisement
Advertisement